Rabu, 15 Februari 2023

Valentine Day 2023, Sofi Dida: Kalau Tidak Bisa Menyayangi Jangan Menyakiti


KALABAHI - Hari Valentine Day ini merupakan sebuah momentum penting bagi kita kaum hawa (perempuan) dan anak untuk menyuarakan tujuan mulia bersama yakni menyuarakan penghapusan tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak, stop HAIV AIDS, Seks bebas, dan Humman Trafiicking yang semakin meningkat di Kabupaten Alor.


Dari banyak masalah-masalah sosial yang menyangkut perempuan dan anak sebagai korban khsusnya masalah seksual, atas dasar itulah kita semua dikumpulkan oleh Tuhan untuk bersatu membela dan menuntut keadilan sosial melalui Komunitas Alor Tanpa Batas (ATB).


Sebagai salah satu orator, menyuarakan Stop Kekerasan Terhadap Perempuan dan anak, Sofi Dida, M.M tampil memukau dalam orasinya pada kegiatan Valentine Day dan deklarasi Komunitas Alor Tanpa Batas, bertempat di lapangan Mini Kalabahi, Kelurahan Kalabahi Kota, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor, Selasa (14/02/2023).


Sofi mengatakan, dirinya sebagai Ketua Forum P2HP yang merupakan salah satu lembaga independen yang bergerak dibilang pendampingan terhadap kaum perempuan dan anak yang mengalami perlakuan tidak menyenangkan, terus melakukan sosialisasi dan pendampingan bagi korban kekerasan di Kabupaten Alor.


"Satu kata untuk setiap tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah "LAWAN" dengan cara yang sederhana menjadi pelapor", tegas Sofi disambut suara lantang anak-anak muda Alor.


Dirinya kembali menegaskan bahwa, korban jangan takut melapor setiap kejadian kekerasan terhadap perempuan dan anak. Apalagi korbannya anak sendiri dan pelakunya juga orang tua kandung.


"Ada orang tua yang memanfaatkan peluang saat anak dalam kondisi yang tidak stabil. Hati-hati anak-anak ku sekalian", kata Sofi.


Miris sekali dan harus kita hapus dari bumi Nusa kenari, tanah terjanji, Surga di Timur matahari.


Stop mengekspos kejadian kekerasan terhadap anak. Stop membuli teman atau kaum sendiri.


"Kita harus memberi efek jera terhadap para pelaku sehingga tidak terjadi kejadian yang sama pula. Undang undang menjamin terhadap pelopor, jadi jangan takut identitasnnya ketahuan oleh pelaku", sekali lagi kata Sofi Dida tegas.


Setiap kejadian kekerasan terjadi selalu bermula dalam rumah tangga, mulai dari rusaknya hubungan orang tua ayah dan ibu dan akibatnya terhadap anak.



Bentuk kekerasan yang dialami dapat berupa kekerasan fisik, psikis, seksual dan verbal. Yang berdampak terhadap anggota keluarga seperti:


1. Timbulnya ketidak harmonisan dalam keluarga.


2. Mengalami stres dan gangguan mental.


3. Anak-anak yang hidup dari kecil dalam suasana KDRT memiliki kecenderungan untuk menjadi pelaku kekerasan saat dewasa.


4. Anak-anak korban kekerasan dapat mengalami gangguan emosional seperti konsep diri rendah, depresi, cemas jadi pemalas, merasa tidak berguna, dan banyak hal yang merusak dirinya.


Jangan merasa tidak berharga ketika kalian mengalami kekerasan seksual tetapi percayalah bahwa Tuhan akan siapkan masa depan yang cemerlang bagaikan intan dan permata.


Jangan lupa bahwa, perempuan adalah rahim bangsa ini karena tanpa perempuan maka tidak akan ada generasi penerus yang terlahir.


Harus membangun komunikasi yang sehat didalam Tuhan. Percaya bahwa menjadi korban bukan berarti masa depan kalian berakhir. Harus bangkit melawan untuk mencapai intan dan permata itu.


Ada 4 prinsip yang harus dipedomani yakni:


1. Prinsip Non Diskriminasi (Non Discrimination)


2. Prinsip kepentingan yang terbaik bagi anak. (Best Internet of the child)


3. Prinsip kelangsungan hidup dan perkembangan anak (survival and development)


4. Prinsip penghargaan  terhadap pendapat anak (respect for the views of the child)


Diakhir orasinya, Sofi mengajak semua pihak agar terus memberikan dukungan bagi Komunitas Alor Tanpa Batas memulai perjalanan awal bekerja bagi kaum perempuan dan anak korban kekerasan memasuki rumah hunian yang indah, aman, dan nyaman.


"Ayo! kita lawan dan katakan STOP Kekerasan terhadap perempuan. Kalau tidak bisa menyayangi, maka jangan menyakiti", tutup Sofi Dida, M.M.


Turut hadir dalam kegiatan deklarasi Komunitas Alor Tanpa Batas, Bupati Alor diwakili Asisten 3 Setda Alor Melkisedek Bely, S.Sos, Ketua Komunitas Alor Tanpa Batas (ATB) Ibu Pdt. Loisa Ena Blegur, M.Th, Ketua Klasi Alor Barat Laut Pdt. Simon Petrus Amung, S.Th, Pdt. Februari Balo, S.Th, Romo Paroki Gembala Baik Alor Pantar, Ketua Parisada Hindu Dharma Alor, Pinca Bank NTT Kalabahi, unsur TNI Serka Jeftan Bunda, Dominggus Malaka, S.H, serta anggota Komunitas Alor Tanpa Batas dan siswa SMA sekota Kalabahi, serta Mahasiswa dari Universutas Tribuana Kalabahi dan Universita Muhammadiah Kalabahi. (*)


Editor: Jef Beny.

Related Posts

There is no other posts in this category.