5 Jenis Tes Kanker Wajib untuk Perempuan Dewasa
Kanker merupakan pertumbuhan abnormal yang berlebihan pada sel-sel yang dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh manusia. Beberapa jenis kanker lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan menjadi harus sangat hati-hati dan rajin memeriksakan kesehatannya secara berkala. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kanker pada perempuan.
Faktor lingkungan, sosial, genetik dan gaya hidup berpengaruh terhadap terbentuknya sel kanker. Kanker yang sering terjadi pada perempuan adalah kanker payudara, kanker serviks, kanker kolon, kanker paru dan kanker kulit. Beberapa jenis tes kanker di bawah ini dapat dilakukan untuk skirining kanker pada perempuan.
Pemeriksaan SADARI dan Mamografi
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan mamografi dilakukan untuk melihat adanya kanker pada payudara pada perempuan. Pemeriksaan dilakukan pada perempuan usia 20 tahun ke atas dan menggunakan cermin. American Cancer Society merekomendasikan pemeriksaan payudara dilakukan tiga tahun sekali setelah umur 20 tahun hingga 40 tahun, kemudian pemeriksaan dilakukan setahun sekali.
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan sederhana, mudah dan tidak membutuhkan biaya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat bentuk payudara di cermin, memeriksa payudara dengan kedua tangan diangkat, berdiri di depan cermin dengan tangan disamping pinggang, menegangkan otot bagian dada dengan berkaca, dan dalam posisi tidur letakkan satu tangan di belakang kepala, kita dapat meraba payudara sendiri mulai dari bagian dalam dan melingkar hingga ke luar.
Selain pemeriksaan SADARI, pemeriksaan lain untuk skrining kanker payudara adalah mamografi. Mamografi adalah pemeriksaan radiologi khusus yang digunakan untuk mendeteksi adanya kanker payudara bahkan sebelum adanya gejala yang terlihat (benjolan) dengan menggunakan sinar X dosis rendah.
Tes Pap Smear dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
Tes pap smear dan IVA dilakukan untuk skrining adanya kanker leher rahim (serviks). Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang memiliki angka kejadian paling tinggi di Indonesia, bersamaan dengan kanker payudara, yaitu sekitar 0,8% pada tahun 2013. Pemeriksaan ini dianjurkan bagi perempuan yang sudah aktif secara seksual, dalam artian perempuan yang telah melakukan hubungan seksual.
Tes pap smear dilakukan dengan mengambil sampel dari mulut rahim lalu diperiksa di laboratorium untuk mengetahui apakah ada sel keganasan atau tidak. Berbeda dengan tes pap smear, IVA tes dilakukan dengan mengoleskan cairan asam asetat ke mulut rahim, kemudian beberapa saat dilihat apakah ada perubahan warna yang signifikan di mulut rahim. Pemeriksaan ini sedikit memiliki kekurangan karena diperlukan orang yang berpengalaman dalam melihat hasilnya.
Kolonoskopi
Kolonoskopi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker usus besar, yaitu kolon. Kanker usus besar menempati urutan keempat setelah kanker kulit, payudara, dan paru-paru.
Pada pemeriksaan ini, akan dimasukkan suatu alat yang memiliki kamera ke dalam usus besar, sehingga terlihat dinding-dinding usus besar apakah ada kelainan atau tidak. Selain itu, ada juga pemeriksaan Fecal Occult Blood Test (FOBT) yang dilakukan untuk memeriksa jika dalam tinja ada darah, pemeriksaan ini dilakukan secara mikroskopik. Pemeriksaan ini disarankan untuk usia 60-75 tahun dan dilakukan 2 tahun sekali bila memiliki masalah dengan pencernaannya.
Tes Fungsi Tiroid
Tes fungsi tiroid dilakukan untuk melihat kadar hormon tiroid, yaitu triiodotyronine (T3), tiroksin (T4), dan Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Pemeriksaan ini dilakukan dengan pengambilan darah di pembuluh darah. Biasanya pada kanker tiroid, ketiga komponen ini meningkat sangat tinggi. Kasusnya ditemukan pada 13,9 per 100.000 pria dan perempuan tiap tahunnya.
Tes Sputum dan Rontgen Paru
Pemeriksaan dahak (sputum) dan rontgen X-ray paru digunakan untuk menemukan adanya kanker paru. Merokok merupakan faktor risiko utama kanker paru dan menjadi penyebab 80% kasus kanker paru di dunia. Perempuan yang berperan sebagai perokok pasif juga memiliki risiko untuk terkena kanker paru.